HOME | DD

#majapahitwarrior #majapahitarmy #prajuritmajapahit #majapahitempire
Published: 2022-02-02 04:01:39 +0000 UTC; Views: 3713; Favourites: 32; Downloads: 15
Redirect to original
Description
According to History of Yuan, soldiers of early Majapahit era were mainly dominated by poorly equipped light infantry. During the Mongol invasion of Java, the Javanese army was described as temporarily mobilized farmers and a few noble warriors. The nobility marched at the front line, with a huge rear army composed of peasants. The Javanese peasant army was half-naked and covered with cotton fabric at the waist (sarung). Most of the weapons are bows and arrows, bamboo spears, and short blades. Aristocrats are deeply influenced by Indian culture, usually armed with swords and spears, dressed in white.According to Chinese account, richer (higher rank) soldiers wore armor called kawaca. This armor is shaped like a long tube and made from cast copper. In contrast, the poorer (lower rank) soldiers fought bare-chested. Other kinds of armor used in Majapahit-era Java was waju rante (chain mail armor) and karambalangan (a layer of metal worn in front of the chest).
___________________________________________________________________________________________
Berdasarkan buku Sejarah Yuan, prajurit pada masa Majapahit awal didominasi oleh infanteri ringan. Pada saat serbuan Mongol ke Jawa (1293), tentara Jawa dideskripsikan sebagai prajurit yang dimobilisasi sementara dari petani dan beberapa prajurit bangsawan. Para bangsawan berbaris di garis depan, dan pasukan belakang yang besar berformasi T terbalik. "Tentara petani" Jawa berpakaian setengah telanjang dan ditutupi dengan kain katun di bagian pinggangnya (sarung). Sebagian besar senjata adalah busur dan panah, tombak bambu, dan pedang pendek. Kaum aristokrat sangat dipengaruhi oleh budaya India, biasanya dipersenjatai dengan pedang dan tombak, dan berpakaian putih.
Menurut catatan China, prajurit yang lebih kaya menggunakan baju pelindung yang disebut kawaca. Baju pelindung ini berbentuk seperti tabung panjang dan terbuat dari tembaga yang dicetak. Walaupun begitu, prajurit yang lebih miskin pergi berperang dengan telanjang dada. Jenis baju zirah lain yang digunakan di Jawa era Majapahit adalah waju rante (zirah rantai) dan karambalangan (lapisan logam yang dikenakan di depan dada).